Rasanya aku merasakan ini semua merasa di dalam
mimpi burukku,karena aku tak menyangka ini semua akan terjadi pada keluarga
besarku.
Tepatnya pada hari itu,hari sabtu tanggal 24
desember 2011. Itulah kesedihan yang menjadikan aku terbayang-bayang dalam
mimpi.
Pada hari itu, aku sedang berada di sekolah,
karena ada acara penutupan TEBAR di Sekolah. Paginya aku bertemu dengan Uwa dan
Kakak sepupuku tersayang. Sampai di Sekolah pun hatiku merasa tidak nyaman,
entah apa yang akan terjadi pada diriku, ujarku dalam hati.
Acara
di sekolah pun berjalan dengan baik, dan Alhamdulilah aku mendapat juara dalam
perlombaan TEBAR tersebut. Tapi, meskipun aku telah mendapat juara, tetap saja
hati ini merasa tidak nyaman.
Sampai di rumah, aku bingung dan
perasaan yang tidak menentu karena di rumah banyak orang. “Ada apa ini?”ujarku
sambil merasa heran. Dan aku bertanya kepada tetangga yang sedang berada di
luar rumahku.
“Ada
apa pak rame di rumah eneng?”bertanya sambil merasa bingung.
Beliau
pun menjawab “Anu neng, uwa sama kakak sepupu eneng tabrakan”.
Setelah
mendengar perkataan itu pun aku mulai berteriak dan menangis ke dalam rumah.
Dan piala yang di dapat dari Sekolah aku lemparkan entah kemana.
Banyak
sekali terdengar suara tangisan dan teriakan yang terdengar oleh telingaku.
Sampai aku pun berdoa sambil menangis “Ya Allah, semoga Uwa dan Kakak sepupuku
tidak terjadi apa-apa dan mereka selamat”.
Sampai
Ibuku pun menghampiriku dan berkata sambil menangis “Astagpirullah, Subhanallah, Allahuakbar, apa yang terjadi pada
keluargaku ya Allah”. Setelah mendengar perkataan itu pun hatiku sudah mulai
melayang dan tak menentu.
Melihat
anak,istri Uwa yang memanggil nama Uwa dan Kakak sepupuku sambil berteriak dan
seperti orang yang tidak sadar pikirannya. Aku pun menghampiri anak dan istri
Uwa sambil aku peluk istri Uwa tersebut. Sambil aku memeluk istri Uwa pun aku
tidak berhenti-berhenti menangis. Sampai akhirnya istri Uwa pun pingsan, karena
tidak kuat menahan kesedihan ditinggalkan oleh Suami dan Anak tersayang.
Dan
akhirnya aku bertanya memberanikan diri karena aku tidak ingin dapat kabar yang
tidak baik atau buruk.
Pada saat aku mau bertanya, aku mendengar celotehan salah seorang tetangga,
dan berkata “katanya yang tabrakan itu
anak dan bapaknya dan meninggal langsung di tempat kejadian”.
Mendengar
perkataan tersebut, hati ini semakin akit dan aku melampiaskan rasa sedih aku
dengan menangis dan berteriak memanggil Uwa dan Kakak sepupuku tersayang.
Sambil
aku menangis pun aku tetap tidak percaya apa yang telah terjadi pada Uwa dan
Kakak sepupuku itu.
Sampai
akhirnya beberapa orang dari keluargaku ingin memastikan apakah kejadian itu
benar atau tidak. Mereka pun bergegas pergi ke Rumah sakit, dan
ternyata........................telepon pun berdering dan mengatakan
“benar..........bahwa yang tabrakan itu Uwa dan Kakak sepupuku dan meninggal
langsung di tempat kejadian”. Telepon pun dilemparkan ibuku dan ibuku langsung
jatuh dan menangis, karena tidak kuat menahan rasa sedih yang dirasakan.
Ibuku
pun memberitahukan kepada semua keluargaku yang ada di rumah, sambil
mengucapkannya dengan menangis. Akhirnya yang ada di rumah pun semakin banyak
yang nangis dan banyak yang pingsan. Kemudian aku pun merasa ini semua masih di
dalam mimpi burukku dan tidak akan pernah terjadi pada keluarga besarku, sambil
aku menangis meraung-raung karena aku tidak kuat menahan cobaan besar yang
Allah berikan kepada keluarga besarku.
Situasi
di rumah pun semakin lama semakin sedih, karena banyak terdengar tangisan di
telingaku. Semakin banyak tangisan yang aku
dengar dari telingaku, rasanya aku ingin menjerit dan berteriak sekeras
mungkin.
Pada saat di rumah sedang banyak yang menangis,
datanglah jenazah Uwa dan Kakak sepupuku. Jenazah di antar ke rumah satu per
satu, yang pertama jenazah Uwa dan yang kedua jenazah Kakak sepupuku. Setelah
jenazah Uwa tiba di rumah, banyak saudara-saudara yang tergeletak pingsan
karena tidak kuat menahan rasa sedih. Dan aku pun merasa seperti orang yang
tidak sadar yang tak tahu apa yang dirasakan, setelah melihat jenazah Uwa
tergeletak di rumah.
“Astagpirullah hal’adzim ya Allah………….kenapa ini semua
terjadi pada keluarga besarku”. Aku berteriak sambil menangis dan berteriak
nama Uwa dan Kakak sepupuku.
Di rumah pun semakin banyak orang yang melihat jenazah
Uwa, dan ketika sedang banyak orang di rumah, datanglah jenazah Kakak sepupuku
yang diantar oleh mobil ambulance.
Setelah kedua jenazah tiba di rumah, seluruh keluarga
besarku pun langsung menemui jenazah Uwa dan Kakak sepupuku tersayang.
Kakek, nenek, ibuku, ayahku dan keluarga lainnya
menghampiri kedua jenazah untuk bertemu terakhir kalinya.
Isrti dan anak Uwa pun menghampiri jenazah Uwa dan
Kakak sepupuku, dan beliau berkata “Kakak….,Mujib …..kenapa kalian meninggalkan
mamah?”.
Dan setelah berkata seperti itu pun istri Uwa pun
tergeletak pingsan dan tak sadarkan diri.
Setelah semua keluarga menemui jenazah Uwa dan Kakak
sepupuku tersayang, maka tak lama kemudian
jenazah Uwa dan Kakak sepupuku diantar ke tempat peristirahatannya yang
terakhir. Air mata yang tidak henti-hentinya menangisi kepergian Uwa dan Kakak
sepupuku untuk selama-lamanya.
Pada saat jenazah Uwa dan Kakak sepupuku dibawa ke
pemakaman, aku pun langsung bergegas ke kamar dan berteriak memanggil nama Uwa
dan Kakak sepupuku itu.
“Uwa………….Uwa………….Uwa………, Aa mujib……………Aa Mujib”.
Dan sejenak aku berkata dalam hati “Ya Allah…..mungkin
ini pertemuan terakhir aku dengan Uwa dan Kakak sepupuku tersayang”.
Dan aku pun
berkata “Selamat tinggal Uwa, selamat tinggal Kakak sepupuku yang sangat aku
cintai dan aku sayangi, kalian memang orang yang sholeh dan senantiasa
dirahmati Allah.”
Itulah yang selalu aku katakana jika aku teringat pada
mereka dan sampai sekarang pun aku masih teringat akan kenangan-kenangan dengan
mereka.